Betaljemur Adammakna: Peta Spiritualitas Dalam Strategi Pariwisata di Era AI
Menakar ulang naskah kuno menjadi strategi kepemimpinan baru dalam dunia hospitality digital yang haus makna.
Di tengah gemuruh digitalisasi dan kecanggihan AI dalam industri pariwisata, kita justru mulai merasakan sesuatu yang absen: makna. Data boleh dikumpulkan, sistem boleh otomatis, tetapi tanpa rasa, semua kehilangan arah. Maka pertanyaannya bukan lagi “apa inovasi berikutnya?” melainkan “nilai apa yang tetap relevan untuk membimbing perubahan?”
Jawabannya datang dari arah yang tak terduga: sebuah manuskrip kuno dari tanah Jawa bernama Betaljemur Adammakna.
Kearifan Masa Lalu, Tantangan Baru
Betaljemur Adammakna adalah naskah pitutur luhur Jawa yang sarat dengan ajaran moral, siklus kehidupan, dan filosofi watak manusia. Di dalamnya, termuat puluhan petuah spiritual yang dalam, mulai dari “urip kudu mawas diri” (hidup harus sadar diri) hingga “prasetya” (janji jiwa untuk berlaku benar). Namun bukan itu saja. Betaljemur tidak sekadar mengajarkan apa yang baik, tapi juga bagaimana cara menjadi baik.
Jika kita tafsirkan dengan semangat cocokologi yang kontekstual, maka Betaljemur bisa menjadi leadership compass yang luar biasa presisi, bahkan di era AI dan big data.
Paradigma: Dari SOP ke SOP+
Industri perhotelan dan pariwisata telah lama hidup dengan standar dan protokol. Namun Betaljemur menawarkan dimensi baru: nilai batin dalam pelayanan. Inilah yang disebut SOP+—Standar Operasional yang ditambah rasa, tata krama, dan spiritualitas.
Misalnya:
-
SOP biasa mengajarkan cara menyambut tamu.
-
SOP+ mengajarkan “ngabekti”—menyambut dengan tulus sebagai bentuk pengabdian, bukan tugas belaka.
Mengintegrasikan AI dengan Etika Jawa
Kecerdasan buatan telah banyak membantu efisiensi bisnis hotel: chatbot, CRM prediktif, dynamic pricing. Namun seperti pitutur Betaljemur:
“Ilmu tanpa budi, koyo segara tanpa banyu”
Pengetahuan tanpa kebijaksanaan seperti lautan tanpa air.
Maka langkah integratif harus dimulai. Kita tidak melawan teknologi, tapi menjiwai teknologi dengan nilai.
Implementasi strategis:
-
AI-Driven Empathy Mapping: Menyesuaikan komunikasi digital agar tetap lembut, personal, dan santun.
-
Custom Chatbot Hospitality: Dibuat dengan bahasa tepa slira khas Jawa—mengganti “How may I help you?” menjadi “Kula saget bantu nopo?” (Saya bisa bantu apa?).
-
Visual Branding: Gunakan ikonografi yang membawa semangat “Betaljemur”—seperti pola mandala, simbol siklus, dan warna bumi.
Workshop dan Leadership Training dengan Betaljemur Framework
Feature ini mendorong lahirnya konsep pelatihan hospitality berbasis “Betaljemur Leadership Model”, yang terdiri dari empat pilar:
-
Piwulang (Filosofi nilai)
Menyadari bahwa hospitality adalah jalan hidup, bukan sekadar pekerjaan. -
Pakarti (Etika tindakan)
Mengembangkan cara berpikir “ngalap berkah” dari setiap interaksi tamu. -
Pradaksina (Kesadaran siklus)
Memahami bahwa karir, tamu, dan tren bersifat siklikal. Maka penting menjaga rasa dan rendah hati. -
Pralambang (Simbol yang hidup)
Mendesain ruang dan atmosfer kerja yang membawa makna—bukan dekorasi kosong.
Cocokologi yang Bertanggung Jawab
Alih-alih menertawakan cocokologi, pendekatan ini mengajarkan kita untuk menyerap dan menafsir, bukan meniru secara literal. Betaljemur menawarkan struktur berpikir lintas zaman, yang kalau dikawinkan dengan manajemen modern bisa jadi panduan strategis yang:
-
Fleksibel untuk AI, namun berakar pada manusia.
-
Canggih dalam eksekusi, namun teduh dalam pelayanan.
-
Cepat mengambil keputusan, namun lambat dalam penghakiman.
Kesaksian Praktisi
Jeffrey Wibisono V., praktisi hospitality dan penggagas NamakuBrandku Academy, menjelaskan:
“Saya tidak pernah menganggap naskah kuno hanya cocok untuk seminar budaya. Saya jadikan itu blueprint branding di hotel-hotel tempat saya makarya. Dan hasilnya: bukan hanya tamu puas, tapi karyawan pun merasa punya tempat pulang secara batin.—walau masih random–”
Relevansi untuk Generasi AI dan Z
Milenial, Gen Z, dan bahkan Gen Alpha sedang mencari alasan untuk tinggal lebih lama dalam satu pekerjaan. Mereka bukan hanya butuh gaji, tapi juga makna.
Betaljemur menawarkan hal itu.
“Ngabdi iku dudu ngawula. Ngabdi iku nyawiji.”
(Mengabdi bukan hanya melayani. Mengabdi adalah menyatu dalam niat luhur.)
Rekomendasi Implementasi Faktual
Untuk Hotel & Resort:
-
Gunakan Betaljemur Quote of the Day di briefing pagi.
-
Tambahkan pelatihan pitutur luhur dalam onboarding karyawan baru.
-
Jadikan local wisdom sebagai selling point—bukan hanya gimmick dekoratif.
Untuk Destinasi Wisata:
-
Ciptakan Mindful Travel Routes berbasis filosofi Jawa.
-
Kolaborasikan pemandu wisata dengan seniman dan spiritualis lokal.
Untuk Pemerintah dan Asosiasi Pariwisata:
-
Adakan festival nasional “Pariwisata Budi Pekerti”.
-
Kurikulum pendidikan pariwisata wajib memuat materi Betaljemur Adammakna sebagai fondasi etik.
Menggenggam Arah, Bukan Sekadar Bertahan
Ketika industri makin disetir oleh teknologi, kita memerlukan panduan agar tidak kehilangan kemanusiaan. Betaljemur Adammakna bukan hanya panduan untuk masa lalu. Ia adalah penerang masa depan.
“When roots are deep, there is no reason to fear the wind.”
(Jika akar kita dalam, maka tak perlu takut akan badai.)
Kini saatnya kita menjemur diri dalam makna. Menyerap cahaya dari warisan, agar dapat menyinari ulang jalan hospitality Indonesia. Bukan dengan meniru luar negeri, tapi dengan menemukan keajaiban dalam diri sendiri.
Jember, 25 Mei 2025