Tirakat! Hanya Yang Berakar Kuat Mampu Bertahan

Perspektif

Krisis hotel yang sedang berlangsung di Indonesia adalah panggilan keras bagi para pemimpin industri perhotelan. Tingkat Penghunian Kamar stagnan di bawah 50%, PHK senyap melanda sektor F&B dan Housekeeping, dan ketidakpastian ekonomi membuat investor ragu. Dalam turbulensi ini, satu kualitas justru muncul sebagai penentu: disiplin dalam kepemimpinan.

Laporan Khusus: Data dan Fakta
  • TPK hotel berbintang Februari 2025: 47,80% (BPS)
  • Tren PHK diam-diam melonjak di hotel kawasan urban dan pariwisata
  • Investasi baru di sektor hotel cenderung menurun kuartal I–2025
“Krisis bukan hanya menguji keberanian, tetapi kedisiplinan untuk tetap berjalan meski tertatih.” — Tafsir Serat Centhini

Pilar yang Tersembunyi di Balik Kesuksesan Hotel

Kita terlalu sering menyalahkan pandemi, ekonomi global, bahkan cuaca, sebagai biang runtuhnya hotel-hotel di Indonesia. Tapi bila kita menyimak dengan kepala dingin, sebagaimana diurai oleh Muhammad Rahmad dalam artikelnya “Krisis Hotel: Paradoks yang Mengancam Ekonomi Nasional”, akar persoalan justru lebih dalam: gagalnya kepemimpinan dalam mendefinisikan dan menegakkan disiplin.

Disiplin dalam konteks kepemimpinan bukan sekadar soal absen pagi dan tutup buku keuangan. Ia adalah laku batin yang menjadi tulang punggung keputusan sulit, pengendalian diri saat pasar bergolak, dan komitmen teguh pada nilai meski godaan pragmatisme menggiurkan.

Di Tengah Badai: Siapa yang Tetap Berlayar Lurus?

Kepemimpinan bukan tentang siapa yang bisa bicara lantang di town hall meeting, tapi siapa yang tetap tenang saat semua panik. Di tengah badai perhotelan saat ini, banyak keputusan dibuat secara reaktif: memotong SDM, membanting harga, membiarkan brand value terkikis sedikit demi sedikit.

Ironisnya, yang dianggap solusi justru menjadi jerat baru. Karena setelah gelombang pertama mereda, yang tersisa adalah hotel-hotel tanpa karakter, tanpa tenaga, dan tanpa arah.

Nilai yang Menghasilkan Nilai Tambah

“Discipline is choosing between what you want now and what you want most.”
— Abraham Lincoln

Pemimpin yang disiplin tidak tunduk pada tekanan sesaat. Ia menyelaraskan setiap keputusan dengan visi jangka panjang. Ia tahu, harga kamar bukan satu-satunya nilai jual. Hospitality sejati datang dari konsistensi dalam pelayanan, ketepatan dalam strategi, dan keteguhan dalam arah brand.

Ketika pemimpin disiplin membuat keputusan:

  • Ia tidak serta-merta mengurangi staf, tapi menata ulang struktur kerja dan melatih ulang talenta yang ada;

  • Ia tidak terjebak perang tarif, tapi meningkatkan pengalaman tamu agar willing to pay lebih tinggi;

  • Ia menolak “instan sukses” dan fokus pada progres yang terukur dan bermakna.

Menjawab Tantangan Investor: Mana Nilai Bargain-nya?

Investor tidak butuh narasi—mereka butuh anggaran yang sehat, model bisnis yang tahan banting, dan kepemimpinan yang bisa diandalkan.

Maka, di sinilah disiplin menjelma jadi nilai bargain yang konkret:

Efisiensi Tanpa Mengorbankan Mutu

Dengan pendekatan multi-skill training, SDM yang ada bisa mengisi lebih dari satu peran. Artinya, lebih sedikit rekrutmen, lebih sedikit turnover, tapi lebih banyak nilai per kepala.

Strategi Harga Bernilai

Daripada banting harga, hotel bisa menawarkan bundling yang membangun persepsi kualitas: kuliner khas, tur budaya, personalized service. Harga tetap, value meningkat.

Ketenangan Investor

Hotel dengan sistem kepemimpinan yang disiplin lebih stabil menghadapi guncangan. Tidak ada “panic decision.” Investor pun tidak perlu was-was soal sustainability dan return jangka panjang.

Kembali ke Kearifan Nusantara: Laku Disiplin ala Jawa

Dalam budaya Jawa, dikenal prinsip “tirakat”: pengendalian diri sebagai jalan menuju kemuliaan. Disiplin bukan semata logika barat yang kaku dan mekanistik. Ia juga mengandung rasa, arah, dan laku hidup.

“Sapa sabar lan ngati-ati, bakal slamet.”
(Yang sabar dan hati-hati akan selamat.)

Pemimpin hotel yang memiliki tirakat kepemimpinan tidak akan gegabah memangkas nilai demi angka. Ia memahami bahwa hotel bukan hanya tempat tidur, tapi juga rumah kedua bagi tamu dan kru.

Narasi Alternatif: Bukti Disiplin Menyelamatkan

Di beberapa hotel yang bertahan dan bahkan mencatat pertumbuhan di tengah krisis, pola yang muncul konsisten:

  • Tidak buru-buru memangkas tenaga kerja;

  • Mengubah peran staf jadi lebih fleksibel;

  • Fokus pada komunikasi dan motivasi tim;

  • Konsisten menjaga SOP dan kualitas layanan meski pengunjung menurun.

Hotel-hotel ini tidak menonjol dalam angka di awal krisis, tapi perlahan merangkak naik karena fondasi yang tidak digadaikan.

Renungan untuk GM dan Owner: Sudahkah Anda Disiplin?

Jika hotel Anda hari ini pincang, bukan karena kompetitor lebih baik. Tapi mungkin karena Anda tidak cukup disiplin menjaga arah dan nilai.

Apakah Anda…

  • Teguh pada standar kualitas meski okupansi menurun?

  • Menolak keputusan populer jika tidak sejalan dengan visi?

  • Bisa menahan diri dari ekspansi bila fondasi belum kuat?

Jika jawabannya tidak, maka bukan krisis yang merusak bisnis Anda. Tapi Anda sendiri.

Disiplin Bukan Pilihan, Tapi Keharusan

Tidak ada masa depan hospitality tanpa pemimpin yang berdisiplin. Karena hospitality bukan hanya urusan kamar bersih dan menu enak, tetapi juga tentang keteladanan, pengaruh, dan kekuatan batin.

Bagi pengusaha: carilah GM yang tidak hanya luwes dalam Excel, tapi kokoh dalam prinsip.

Bagi investor: taruh modal pada kepemimpinan yang punya rasa tanggung jawab dan bukan sekadar rasa takut rugi.

Dan bagi para profesional: bentuklah disiplin Anda sebelum Anda diminta memimpin.

“Leadership is not about being in charge. It is about taking responsibility for discipline, direction, and decisions.”
– Jeffrey Wibisono V.

Apakah Anda siap menjadikan disiplin sebagai strategi investasi terbaik dalam industri perhotelan yang rapuh namun berpotensi tumbuh kembali?

Karena di masa depan, hanya yang berakar kuat yang mampu bertahan.

Jember, 30 May 2025

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Industri Hospitality dan Konsultan

Leave a Reply