Social Gathering

Malam itu, di tengah hujan deras berpetir, saya hadir kumpul bareng rekan-rekan kerja di pembukaan restoran di jaringan perusahaan di mana saya bekerja. Kehadiran saya di social gathering ini untuk memberi moral support terhadap orang-orang dalam di network job related saya. Acaranya sih  informal, makan malam dan sederhana saja. Tetapi indahnya kebersamaan dan berhenti sejenak dari rutinitas untuk bersosialisasi, saling tukar informasi dan bergurau dapat memberikan warna di gathering ini.

 

Social gathering bisa diterjemahkan sebagai resepsi dalam bahasa Indonesia, tetapi buat saya kurang terlalu tepat. Karena untuk aktivitas ini diperlukan interaksi antar beragam  individu dari skala kecil sampai besar, termasuk kegiatan komunitas. Misalnya arisan, pastilah bukan resepsi. Buat saya clubbing adalah masuk dalam kategori social gathering saya. Ya, social gathering, maknanya buat saya pribadi adalah berkegiatan antara rumah dan tempat kerja. Bagian dari bergaul adalah resepsi, kondangan.

 

Jam terbang saya untuk social gathering ini sudah sedemikian tinggi. Bagian dari kegiatan keluarga Indonesia yang banyak mempunyai alasan beracara untuk mengumpulkan sanak saudara seketurunan. Kemudian pada jenjang jabatan Manager, saya harus banyak hadir di berbagai undangan acara kedutaan dan konsulat negara asing di Bali, misalnya di perayaan hari kemerdekaan mereka. Lalu saya juga sering hadir di berbagai peluncuran produk pendukung pariwisata, seperti produk baru paket yacht atau kapal pesiar.

 

Banyak sekali undangan acara di luar jam kerja. Di sinilah investasi waktu dan uang harus seikhlasnya. Iya.. uang. Uang untuk membeli busana yang tepat sesuai “dress code” yang tertera di undangan. Kalau salah salah pilih baju dan celana dan sepatu, bisa saja jadinya cuma sekali pakai. Rasanya tabu untuk mengenakan busana yang sama di berbagai acara berbeda. Apalagi kalau sampai ada teman yang iseng nyilet pakai bilang, “Kok sepertinya saya pernah melihat baju ini ya?!” Kejadian begitu bisa langsung menghilangkan mood dan pengen segera menghilang dari kerumunan orang yang hadir.

 

Dengan banyak hadir di berbagai macam acara, saya menjadi terlatih untuk berinteraksi dengan berbagai macam gender, etnis, suku bangsa, umur,dan strata title. Di banyak acara social gathering saya yang berkepribadian terbuka dan lugu bisa banyak mendapatkan kenalan baru yang potensial untuk menjadi teman juga client.

 

Berbagai acara dengan waktu yang berbeda-beda dari pagi, siang, sore, malam dan setelah tengah malam memberikan efek yang berbeda-beda terhadap setiap orang yang saya temui. Saya lebih suka meluangkan waktu dengan orang yang approachable seperti saya dan tidak kehabisan bahan pembicaraan. Saya akan terasa kagok kalau lawan bicara tidak seimbang. Lebih baik saya tinggalkan saja.

 

Hadir di berbagai macam acara dan resepsi, bukan berarti saya harus di dalam arena itu sampai selesai. Ketika para undangan yang hadir saya rasa tidak asyik, tidak sesuai dengan harapan, saya bisa mengendap keluar dan menghilang.

Yang penting, pada saat datang tuan rumah sudah mengetahui kehadiran saya, urusan melenyapkan diri tidak akan dipermasalahkan. Ketika saya berada di suatu kerumunan yang susah untuk saya mingle, hal itu akan terasa menekan. Saya harus mengontrol energi saya dan ini melelahkan. Daripada basa-basi busuk palsu, maka saya lebih baik berhandai-handai di tempat lain yang membuat saya nyaman. Ini pernah terjadi di ulang tahun wakil presiden yang notabene atasan saya langsung dan akrab dengan saya. Di acara ulang tahun di balairung hotel bintang 5 itu, rekan-rekan kerja saya yang berkantor di Jakarta tidak terlalu menganggap saya yang hadir khusus dari Bali. Feeling unwanted, ya sudah saya keluar hotel langsung tancap gas mobil ke mall saja.

 

Setidaknya buat saya social gathering termasuk kegiatan komunitas motor besar, komunitas traveler, komunitas penyayang binatang, kelompok pengajian. Juga resepsi pernikahan sampai melayat orang mati pun. Di Bali ditambah berbagai undangan untuk hadir di upacara keagamaan seperti odalan dan melaspas.

 

Untuk sukses hadir suatu acara, saya harus mengeluarkan jurus-jurus untuk nyaman bersama orang lain. Keluar dari kepribadian asli dan harus extrovert. Menjadi extrovert sebenarnya adalah bagian dari kerja keras, dan berlatih terus menerus untuk membentuk kepribadian supaya bisa berinteraksi dengan orang lain dari berbagai level. Itu yang peribahasanya “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” digabung dengan “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Menjadi diri sendiri, tetapi juga menghormati orang lain sesuai tempatnya.

 

Mula-mula, saya segan untuk hadir di suatu undangan sendirian. Tetapi dalam perkembangannya, saya telah berkenalan banyak orang dan akan bertemu lagi di berbagai acara lainnya. Maka tidak ada alasan lagi bagi saya untuk menghadirkan diri sendiri di undangan tertentu.

 

Ketika saya masih ragu-ragu untuk hadir di social gathering yang diselenggarakan oleh orang lain, saya merayakan ulang tahun sendiri. Di masa itu saya baru-baru bekerja dan berpenghasilan minim. Saya memberanikan diri mengundang beberapa teman semampunya keuangan saya.  Inilah interaksi yang bisa saya kontrol. Saya harus menyambut semua tamu dan berbicara dengan mereka dan membuat mereka nyaman supaya perayaan ulang tahun bisa berlangsung selama mungkin.

 

Sekarang saya yang  pernah mendapat julukan social butterfly, sudah mempunyai kuota untuk social gathering. Saya selalu mempunyai tingkat energi yang meningkat di tengah kerumunan orang yang setara.

 

Resep saya untuk sukses ketika hadir di social gathering adalah berbagi kartu nama dan berbicara dengan seseorang yang menarik yang belum saya kenal. Selanjutnya menjalin hubungan sesuai kapasitasnya.

 

Perlu persiapan apalagi untuk hadir di social gathering?

 

Jangan lupa memahami isi undangannya. Bawalah kado apabila perlu, atau bahkan bawa makanan dan minuman sendiri kalau disebut “pot luck”.

 

 

Dari kumpulan (unpublished) Hotelier Stories Catatan Edan

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali – Telu Learning Consulting – Commercial Writer Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Leave a Reply