Pribadi Unggul Bukan Karena Tempat Tapi Karena Niat

Benih yang Baik Tak Memilih Tanah. Nilai dan Karakter Menentukan Pertumbuhan dalam Dunia Pariwisata dan Perhotelan

 

Di tengah gempuran modernisasi, disrupsi teknologi, dan persaingan industri yang semakin ketat, muncul satu filosofi sederhana yang kembali relevan—dan justru terasa menenangkan: benih yang baik tak memilih tanah.

Pepatah ini seolah mengingatkan kita bahwa keberhasilan dan pertumbuhan bukan sekadar ditentukan oleh tempat, kondisi, atau fasilitas, tetapi oleh kualitas dari dalam diri. Dalam konteks industri pariwisata dan perhotelan, maknanya sangat dalam: bahwa siapa pun, di mana pun ditugaskan—di hotel berbintang di ibu kota atau penginapan sederhana di desa—bisa bertumbuh, bila membawa nilai yang unggul.

Filosofi Luhur, Relevansi Global

Filosofi ini sebetulnya bukan hal baru. Dalam budaya Jawa, nilai-nilai seperti sabar, nrimo, temen, andhap asor adalah bagian dari laku hidup yang menjunjung tinggi kebaikan dalam keterbatasan. Sementara itu, dalam ranah global, kutipan dari Stephen Covey menggema senada: “You are not a product of your circumstances, but of your decisions.”

Artinya, kualitas sejati tidak tunduk pada keadaan. Justru ia tumbuh, menyala, dan memberi cahaya—dalam kondisi seberat apa pun.

Tidak Semua Ditempatkan di Tanah yang Subur

Bagi para profesional di industri hospitality, kenyataan di lapangan tidak selalu indah. Tidak semua hotel memiliki lokasi strategis. Tidak semua resort memiliki anggaran promosi besar. Tidak semua staf bekerja dalam lingkungan ideal. Namun, sejarah perhotelan mencatat banyak sosok inspiratif yang justru membangun reputasi dan pengaruhnya dari tempat-tempat yang awalnya “tidak menjanjikan.”

Apa yang membuat mereka berbeda? Bukan fasilitas. Bukan gaji. Tapi benih dalam dirinya: etos kerja, empati, daya juang, dan kemampuan menciptakan pengalaman berkesan dari hal-hal sederhana.

Karakter sebagai Aset Paling Bernilai

Dalam sebuah wawancara informal dengan manajer hotel independen di Jember, muncul satu kalimat yang begitu kuat: “Kami tidak menjual kemewahan, tapi menjual ketulusan. Itulah yang membuat tamu datang kembali.”

Itu adalah bentuk nyata dari hypnoselling—menawarkan bukan sekadar menjual. Sebuah pengalaman yang melekat bukan karena desain kamar, tetapi karena keramahan resepsionis, kecekatan petugas housekeeping, dan senyuman asli dari staf F&B saat menyajikan kopi.

Benih-benih inilah yang tak bisa dibeli atau diinstal. Ia tumbuh dari karakter yang ditanam, diasuh, dan dijaga.

Tumbuh di Tanah yang Sulit

Pandemi telah menjadi tanah paling keras dalam sejarah industri perhotelan modern. Ribuan usaha gulung tikar, jutaan kehilangan pekerjaan. Namun, di antara reruntuhan itu, muncul kisah-kisah menakjubkan tentang kreativitas dan daya adaptasi.

Sebuah homestay di daerah pegunungan misalnya, mengubah layanannya menjadi tempat isolasi mandiri dan membuka kelas daring bertema “Healing in Nature.” Ada juga hotel di daerah pantai yang menjual paket “Work From Paradise” lengkap dengan Wi-Fi cepat dan ruang kerja outdoor.

Mereka tidak menunggu tanah menjadi subur. Mereka menumbuhkan benih dengan cara mereka sendiri.

Menjadi Pemimpin yang Tak Pilih-Pilih Tanah

Leadership dalam pariwisata bukan sekadar kemampuan mengatur tim atau menyusun anggaran. Ini adalah seni menginspirasi dan membentuk budaya kerja, bahkan dari tempat yang paling sunyi. Seorang general manager yang tangguh tidak menunggu properti bintang lima untuk menunjukkan kelasnya. Ia bisa menciptakan keajaiban dari tempat yang belum dikenal peta pariwisata sekalipun.

Dan ini berlaku untuk semua level: dari bellboy yang menjadikan setiap salam sebagai doa, hingga chef yang memasak dengan cinta tanpa perlu kompor mahal.

Untuk Generasi Baru: Menumbuhkan Benih dengan Bangga

Artikel ini juga menjadi pesan untuk generasi muda yang akan atau sedang memasuki dunia kerja: berhentilah mengejar tempat “ideal.” Fokuslah menjadi pribadi “unggul.”

Karena di era yang berubah cepat seperti sekarang, karakter lebih langka daripada skill. Integritas lebih dicari daripada prestasi akademik. Dan empati, dalam dunia layanan, lebih bermakna dari seribu strategi pemasaran.

“Don’t wait for the perfect soil. Be the reason the land becomes fertile.”

Tidak Ada Alasan untuk Tidak Bertumbuh

Jika hari ini Anda berada di tempat yang tidak sesuai harapan, jangan kecil hati. Lihat kembali benih dalam diri Anda. Apakah ia tetap hidup? Apakah ia masih ingin tumbuh?

Karena pada akhirnya, tanah terbaik bukanlah tempat Anda berdiri, melainkan cara Anda berdiri di tempat itu.

Jember, 16 Mei 2025

Jeffrey Wibisono V.

Praktisi Industri Hospitality dan Konsultan

Leave a Reply