Langkah Kecil Menuju Langit Luas
“Hidup kadang perlu kita remas pelan, dibentuk ulang. Karena di balik rutinitas yang membosankan, tersimpan jendela menuju versi diri yang lebih utuh.”
Di sebuah kota kecil bernama Aluna, hidup seorang pria bernama Ranu. Usianya 34 tahun. Pekerjaannya sebagai analis keuangan di sebuah perusahaan manufaktur yang ritmenya nyaris dapat diprediksi seperti jarum jam tua di sudut ruang kerjanya.
Setiap pagi ia tiba pukul 08.00, tenggelam dalam tumpukan laporan. Siang hari menyesap kopi hitam yang sama. Pulang pukul 17.00. Malam dihabiskan di apartemen, ditemani buku-buku lama yang mulai berdebu.
Hidupnya seperti jalur rel kereta—lurus, stabil, tetapi juga monoton. Dan akhir-akhir ini, dalam keheningan malam, ada suara kecil dalam dirinya yang mulai bertanya:
“Apa hidup hanya begini saja?”
Awal yang Menggelitik
Suatu siang yang biasa, di sela makan siangnya yang membosankan, Ranu membuka ponselnya. Sebuah horoskop mingguan muncul secara tidak sengaja:
“Shrugging off your usual routine in an effort to hone your skill set and broaden your horizons could feel even more appealing than usual…”
Ranu membaca ulang paragraf itu, kali ini dengan penuh perhatian. Rasanya seolah semesta tengah berbisik langsung kepadanya.
“Mungkin ini saatnya aku mencoba hal baru,” pikirnya.
Tanpa banyak ragu, ia mulai menjelajah. “Skill baru untuk pengembangan diri.”
Hasil pencarian membawanya ke artikel tentang microlearning dan aplikasi pengembangan diri.
Dengan jantung berdebar, ia mengunduh sebuah aplikasi learning online.
Perjalanan Kecil, Perubahan Besar
Aplikasi itu membuat dunia baru terbuka di depan matanya. Ranu memulai dengan kursus storytelling—sebuah keterampilan yang terasa asing baginya.
Saat yang sama, ia mendapat email promo tiket kereta ke Kota Pelabuhan, diskon 50%.
“Mungkin ini tanda kedua,” gumam Ranu.
Di luar kebiasaannya, Ranu memesan tiket untuk akhir pekan. Spontanitas pertama setelah lima tahun hidup terencana.
Menyerap Dunia Baru
Sabtu pagi, Ranu duduk di kereta menuju Kota Pelabuhan. Di sana, ia mengikuti sebuah workshop storytelling.
Untuk pertama kalinya, ia berada di tengah orang-orang kreatif—penulis, desainer, pengusaha muda. Semua berbagi semangat yang terasa menular.
Di akhir sesi, Ranu memberanikan diri berbagi kisah hidupnya sebagai analis keuangan yang mulai meragukan jalannya sendiri.
Respons yang ia terima? Apresiasi. Tepuk tangan. Senyuman.
“Kamu punya potensi di dunia komunikasi,” kata seorang mentor.
Di tengah perjalanan pulang, di balik jendela kereta, Ranu merenungkan semuanya.
Di dalam hatinya bergema sebuah kesadaran:
“Setiap langkah kecil yang berani kau ambil hari ini, adalah pintu bagi peluang besar esok hari.”
Pitch dan Peluang
Semangat baru yang ia bawa pulang mengubah cara pandangnya di kantor. Ia mulai aktif di meeting, mengajukan ide, dan dengan berani mengambil peran dalam presentasi klien.
Kebetulan pula, minggu itu perusahaan membuka forum ide baru untuk pengembangan bisnis.
Dengan teknik storytelling yang baru ia pelajari, Ranu mempresentasikan ide pengembangan layanan keuangan berbasis edukasi digital.
Presentasinya memukau banyak orang. CEO perusahaan pun mengajaknya berdiskusi lebih lanjut.
“Kadang ide segar datang dari orang yang berani keluar dari kebiasaan,” ujar sang CEO.
Perjanjian Baru, Hidup Baru
Dua minggu kemudian, Ranu resmi ditunjuk sebagai Project Lead untuk lini baru edukasi digital.
Hidupnya kini tak lagi sebatas angka. Ia kini menyusun narasi, membangun jaringan, berbicara di forum, dan terus belajar.
Semuanya berawal dari paragraf horoskop sederhana—dan keberaniannya melangkah keluar dari zona nyaman.
Epilog
Di meja kerjanya, Ranu menempelkan sebuah catatan kecil:
“Berani melangkah keluar adalah kunci menuju langit yang lebih luas.”
Ia membaca catatan itu setiap pagi.
Karena kini ia tahu, hidup memang kadang perlu diremas pelan, dibentuk ulang—demi versi diri yang lebih utuh.
.
.
.
Malang, 9 Juni 2025
Jeffrey Wibisono V.
Very inspiring story ❤️