Hotelier Stories – Catatan Perjalanan

Perjalanan apa nih?

Tunggu!

Mari kita rangkai terlebih dahulu catatan-catatan pendek yang saya buat. Sejumlah catatan dari letupan-letupan memori alam bawah sadar saya. Rekaman peristiwa yang bisa muncul kapan saja di mana saja di antara beragam aktivitas yang sedang saya lakukan.

Silakan teman-teman membiasakan diri untuk membaca sampai selesai. Pastinya kesimpulan akan ada setelah akhir cerita. 😊

Pagi ini saya sudah merencanakan hendak menyelesaikan naskah rangkaian metode training re-opening dan re-branding untuk hotel pasca pandemi. Restart, Reset, dan Refocus!

Akan tetapi rupanya muncul dorongan lain yang mengarahkan untuk alih fokus. Sehingga saya memilih untuk menuliskan “catatan perjalanan” ini terlebih dahulu selagi masih mood nya kena, hangat dan energik. Yang penting tulis seadanya sebisanya. Seperti saya selalu bilang dan mengajarkan “menulis itu gampang dan menyenangkan!”

Notes acak yang saya buat adalah sebagai berikut

  1. Pekerja Hospitality industry sebenarnya mentally being tortured at any time.
  2. In service artinya, help others at all of the time. Mood Business. Human business.
  3. Etiket dalam service belajarnya dari dunia Barat, tetapi the best service berada di Asia. Bali salah satunya. Kok bisa?
  4. Omotenashi. Ini keilmuan customer service bangsa Jepang yang berusaha saya dalami. Poin pentingnya adalah always deliver.
  5. Pekerja hospitality industry itu seniman. Aktor dan Aktris. Multi talenta. Multi fokus. Habis dapat SP, nangis, berantem dituntut untuk tersenyum, well dressed, well groomed ketika mulai memasuki wilayah kerjanya.
  6. Konsistensi di service yang benar adalah in-konsistensi. Contoh kasus manager restoran menyuruh waiter fokus ke meja makan tamu, ternyata dalam sekejap sudah dikasih tugas ngambil pesanan ke kitchen. Artinya, pekerja hospitality industry itu, front-liner terutama sangat tinggi kemampuan konsentrasi, adaptasinya walau dipasang di tempat yang kontradiktif sekalipun. Profesionalisasi of the plin-plan. Plin-planisme?
  7. Saya sendiri sampai sekarang masih bingung dengan kalimat “Rekrutmen itu number one adalah attitude Sepintar apapun, kalau no attitude ya jangan direkrut”. Sementara buat saya; kandidat yang tepat adalah “the right man in the right place”.
  8. Pekerja hospitality industry dituntut untuk extrovert, open minded. Dan saya termasuk salah satu yang bertransformasi introvert in person vs extrovert in meeting others.
  9. Karena load pekerjaan yang 24 jam kerja, maka pekerja hospitality industry tuntutannya adalah seseorang yang “single” atau “act like single”. Banyak kasus yang mempunyai pasangan hidup harus rela berpisah, dan yang berumah tangga memutuskan untuk bercerai.
  10. Apakah pekerja front liner hospitality industry perlu memiliki pendidikan akademis sampai bergelar S1 dan di atasnya? Tahan! Ini pasti bisa sangat panasapabila ditampilkan di atas panggung menjadi pembahasan verbal.

Kemudian saya juga mempunyai tiga (3) quotes/ kata-kata mutiara/ kata-kata bijak andalan untuk implementasi di hospitality industy.

  1. Pekerja hotel dan pariwisata harus netral dalam pelayanan. Bebas dari simbol-simbol ras, keagamaan juga politik.

(di quote ini, saya yang terlahir dari keluarga mixed-race sering mengalami diskrimisasi).

  1. You know my name, not my story. you’ve heard what i’ve done, not what i’ve been through.

(ini kehebatan pekerja hotels. Live in glamour, ber-etika debutan, social butterfly akan tetapi ketika sampai di rumah untuk having a break, luar biasa nikmatnya memiliki “me time”)

  1. My life is full of unlimited possibilities!

(saya sangat mengapresiasi bidang kerja saya yang memberikan kesempatan untuk belajar di luar keilmuan basic  saya. Dengan modal diploma bahasa Inggris, saya diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan karir dengan beragam pelatihan dan praktek kerja)

Demikian catatan saya hari ini sebagai draft mind map. Sepertinya deskripsi dari catatan-catatan pendek di atas dapat bisa sangat panjang dan dipecah-pecah lagi untuk menjadi cerita bersambung. Please, beri saya waktu dan kesempatan untuk menulis deskirpsi yang full of stories yang harus menarik memori dari beberapa tahun ke belakang. Lumayan harus kerja keras untuk menjadikannya deskriptif dan filmis. Saya memerlukan masa-masa hening sambil mempraktekkan meditasi mindfulness. Dan tentunya saya akan senang, kalau ada yang mau share kisah-kisah berkarir di hospitality industry untuk bisa kita rangkai menjadi cerita-cerita yang semakin lengkap..

Apakah ini momentum yang tepat untuk menerbitkan buku ke-2 Hotelier Stories Catatan Edan Penuh Teladan?

 

Bali, 17 Mei 2021

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting, Digimakz Digital Marketing Consulting, Copywriter, Jasa Konsultan Hotel. Makanan Minuman, Gastronomi, Gastro Diplomasi, Foodie Kuliner Culinary, Food and Beverage Influencer in Bali Indonesia, Blogger, Writer, Instagram

Leave a Reply