Dedikasi Satria Pengabdi
Karena hidup bukan soal seberapa banyak yang kau miliki, tapi seberapa banyak yang kau beri.
Namanya Satria. Ia bukan tokoh fiktif, bukan figur publik pencitraan, bukan pula politisi. Ia hanyalah seorang pria sederhana yang memilih hidup dengan cara yang tidak biasa: memberi, hadir, dan mengabdi.
Setiap hari, ia bangun pukul 04.30 pagi. Saat kota masih sunyi, ia duduk di sudut meja makannya dengan secangkir kopi hitam tanpa gula dan lembaran catatan harian tentang siapa saja yang harus ia bantu hari itu. Di balik jas abu-abu yang sering ia kenakan, tersimpan rompi relawan yang selalu siap ia pakai sewaktu-waktu. Ia percaya: “Jabatan bisa digantung di kantor. Tapi nilai hidup dibawa dalam hati.”
Latar Hidup dan Nilai yang Membentuk
Satria adalah anak dari seorang ibu guru TK dan ayah penjual kerupuk keliling. Ia tumbuh besar di pinggiran kota Ngawi, Jawa Timur. Masa kecilnya akrab dengan kekurangan, tetapi justru dari sanalah ia belajar: memberi bukan tentang kelebihan, tapi tentang keikhlasan.
Melalui perjuangan panjang, ia mendapatkan beasiswa kuliah di Yogyakarta. Sambil kuliah, ia menjadi juru ketik skripsi dan meluangkan malamnya untuk mengajar anak-anak jalanan. Dari situ, tekadnya tumbuh—suatu hari ia ingin membangun sistem yang membantu banyak orang.
Dengan dua komputer bekas dan tiga sahabat seperjuangan, ia mendirikan Santara Teknologi Nusantara. Kini, perusahaannya berdiri megah, menghidupi ratusan karyawan, tapi ia tetap menyapa satpam dengan sebutan nama dan memarkir motornya sendiri.
Kesuksesan sejati bukan yang membuatmu tinggi hati, tapi yang membuatmu bisa merendahkan hati untuk melayani.
Waktu, Keluarga, dan Batas Ketahanan
Sukses membawa tanggung jawab. Hari-harinya penuh dengan rapat strategis, presentasi investor, pertemuan bilateral. Tapi di sisi lain, ia juga memimpin langsung bantuan untuk korban gempa, banjir, dan krisis sosial.
Hingga suatu malam, putrinya Alana bertanya: “Ayah, kenapa selalu sibuk membantu orang lain? Kami juga butuh Ayah.”
Pertanyaan itu menohok lebih dalam daripada semua kritik dari media atau kolega bisnis. Malam itu, Satria memutuskan berhenti sejenak. Ia mematikan ponsel, memasak makan malam untuk keluarganya, dan tidur lebih awal setelah memeluk anaknya.
Membangun Sistem, Menyatukan Keluarga
Keesokan harinya, ia berkumpul dengan seluruh manajer.
“Saya tidak bisa hadir di semua tempat. Tapi kita bisa membangun sistem agar kebaikan tetap berjalan.”
Ia mendirikan Santara Humanity Platform, jaringan pengabdian yang menghubungkan profesional dari berbagai bidang dengan masyarakat yang membutuhkan. Dokter memberikan konsultasi daring. Guru mengajar anak pelosok lewat kelas digital. Dan semuanya terkoordinasi tanpa perlu kehadiran fisik Satria.
Keluarganya pun ikut terlibat. Istrinya membina UMKM perempuan. Alana menjadi mentor digital untuk anak-anak pengungsi. Rumah mereka menjadi markas kebaikan.
Saat kau tidak lagi bisa hadir di semua tempat, biarkan niatmu yang bergerak mewakilimu.
Ketika Banjir Menguji Konsistensi
Tahun 2025 pada pertengahan bulan Februari. Banjir besar melanda Banyuwangi. Ribuan warga kehilangan rumah. Jalanan lumpuh. Satria memimpin langsung tim bantuan dengan truk medis dan dapur umum portabel. Ia tidak datang sebagai CEO. Ia datang sebagai relawan.
“Boleh wawancara, Pak?” tanya seorang reporter.
“Boleh. Tapi sambil bantu susun kasur ini, ya,” jawabnya singkat.
Di malam yang dingin, ia duduk di tenda pengungsian, melihat anak-anak tidur pulas dengan selimut donasi. Hatinya tenang. Ia tahu, hari itu hidupnya tidak sia-sia.
Warisan Diam-diam
Tiga bulan kemudian, sebuah media internasional memberinya penghargaan “CEO Paling Inspiratif Asia.” Ia tidak hadir. Ia lebih memilih datang ke sekolah darurat untuk membawakan alat tulis dan mendongeng.
Ia tidak ingin dikenang sebagai pahlawan. Tidak perlu patung. Tidak perlu nama jalan. Ia hanya ingin dikenang sebagai seseorang yang hidupnya berarti karena terus memberi.
Hidup yang baik bukan yang dikenang banyak orang, tapi yang meninggalkan jejak kebaikan di hati orang-orang yang kita bantu.
.
.
.
Jember, 5 Juni 2025
.
.
.
#SatriaMengabdi #RelawanIndonesia #PemimpinInspiratif #BisnisUntukBangsa #CerpenKemanusiaan #HidupUntukMelayani