kesehatan mental

Cerpen penuh makna tentang keberanian tokoh Rukmini dari kisah Menak Jawa dalam memilih dirinya sendiri. Narasi filmis, emosional, dan penuh refleksi.

Hari Ketika Aku Memilih Diriku Sendiri

“Kadang, yang kita butuhkan bukan tempat baru… tapi keberanian untuk pulang pada diri sendiri.” — Catatan Raden Rukmini . Senyap

Cerpen emosional tentang Besut yang menemukan kembali kewarasan dan ketenangan hidup melalui ritual sederhana: secangkir kopi. Sebuah cerita inspiratif yang memeluk hati.

Secangkir Jeda di Tengah Riuh

“Kopi itu bukan sekadar minuman. Ia adalah jeda—pelukan hangat bagi hati yang lelah.”“Kamu tidak perlu menyelesaikan semua hari ini. Seruput

Cerpen inspiratif tentang Ranggalawe, lelaki berhati baik yang terlalu lama diam. Bersama Nyimas Kenanga, psikolog bersertifikat Bach Flower Remedy, ia belajar menetapkan batas dan menyembuhkan diri.

Ketika Lelaki Baik Akhirnya Berkata Cukup

“Amarah yang tersimpan di balik hati yang baik, adalah badai paling dahsyat yang tak seorang pun ingin bangkitkan.” . Malam

tentang Wiramenggala, bangsawan muda yang menyangka dirinya telah pulih dari patah hati. Namun lagu lama membawa luka yang belum selesai ke permukaan.

Kupikir Aku Sudah Sembuh Sampai Lagu Itu Mematahkanku Lagi

“Seorang manusia bukan diukur dari seberapa cepat ia melupakan luka, melainkan dari keberanian menatapnya—tanpa lari, tanpa pura-pura kuat, sambil tetap

Kisah penuh haru Umarmaya dan Usman Haji, dua jiwa yang saling menemukan dalam senyap. Bacalah cerpen “Anam Cara” untuk menemukan makna hadirnya seseorang yang memahami tanpa perlu banyak bicara.

Teman Jiwa yang Menyelamatkanku dari Gelap

“Di saat hidup tampak gelap, jangan buru-buru menyalakan lampu. Duduklah sebentar. Biarkan mata dan hatimu belajar melihat dalam gelap. Di

cerpen inspiratif tentang Wisarah Kusuma, tokoh dari Menak Jawa yang berjuang dalam diam melawan luka batin dan burnout. Cerita emosional penuh kemenangan sunyi

Kemenangan yang Tak Terlihat

“Tidak semua kemenangan butuh panggung. Ada yang lahir di dapur sempit, di cermin kusam, di detak jantung yang pelan—namun tetap