Adakah ke-tulus-an dalam arti yang sebenar-benarnya???

Jeffrey Wibisono V.

KETIKA SAYA MENYADARI KE-TULUS-AN ITU TERNYATA HANYA MENJADI TANDA TANYA

 

Di hari-hari bulan Desember menjelang berakhirnya tahun 2018 ini, seperti ada kekuatan yang membangun pemikiran, bahwa kita semua tidak sedang baik-baik saja.

Ternyata an opening eye facts sedang merengkuh saya

 

Ada satu sapaan dari saudara tua pada suatu malam melalui teks WA

 

“Hallo…

Masih kenal saya?

Alamatmu dimana?

Kalau aku ke Bali boleh mampir?

Berapa puluh tahun kita gak ketemuan ya?

Udah kawin apa belum

Masih dikerjaan yang sama?

Yang penting bisa menyenangkan ortu dan saudaramu”

 

End…

Begitu sapaan saudara tua dari jauh

 

Lalu pertanyaan saya dalam hati

Hmmm… “Apakah menyenangkan diri sendiri menjadi tidak penting?”

 

Ternyata di lain channel

Sang saudara tua bertegur sapa dengan saudara kandung saya

Langsung ditulisnya di WA itu

“adikmu gak kerjo yo?”

 

Suatu pesan yang sangat profokatif

Sangat kontradiktif bukan dengan pesan-pesan yang dikomunikasikan langsung dengan saya ?

 

Dan memang beberapa minggu terakhir ini

Sapaan dan pertanyaan

Datang silih berganti

Dari satu orang dan orang lainnya

Dari teman dekat sampai yang tiba-tiba sok dekat

Dari sahabat juga kerabat

Yang tiba-tiba mengirimkan pesan singkat tertulis

Seolah memberikan perhatian sedikit lebih

Seperti

Tulisan seorang saudara tua lainnya

 

“Sugeng enjing

Kowe.. arep nang ngendi to dik bro?

Tuhan menjagamu

God Bless

Kiranya.. apa yang kau kerjakan dibuatNYA berhasil

Domisili masih di Bali?

Hotel e gimana?”

 

Semua kiriman teks dari saudara tua itu meluncur begitu saja yang begitu cerdasnya dia tafsirkan dari tulisan di wall social media saya.

Kemudian susul menyusul dari utusannya menanyakan

“apa kegiatannya sekarang?”

 

Are they for real menanyakan sumber penghasilan saya?

Karena sepertinya mereka sangat kuatir saya tidak berpenghasilan dan tanpa pernah saya tahu apakah mereka akan berbagi pendapatannya dengan saya kalau saya memerlukan bantuan di kemudian hari.

Dan entah apalagi yang ada dipikiran dan pembahasan mereka yang merupakan bagian dari keluarga besar dengan sebutan saudara karena ada  pertalian darah turun temurun.,

 

Satu lagi  sapaan pagi ini

Dari seorang teman lama

 

“Jeeef… apa kabarnya?

Kamu dimana sekarang?

Masih Bali based atau pindah?

Aku nganggur nih…. kali aja kamu tau ada job buat aku..”

 

Saya menjawab dengan beragam informasi dan pertanyaan.

Dan si teman lama hanya menjawab

 

“Thanks ya

Ok xiexie”

 

Well… menggantung begitu saja dan tidak secuilpun rekomendasi apalagi pertanyaan saya dijawabnya.

 

Saya yang naif

Saya yang tidak berprasangka

Mendapatkan fakta yang membuka mata hati dan pikiran

An opening eye facts

Ternyata

Banyak orang yang mengajak bertegur sapa

Mempunyai pemikiran lain dibaliknya

Yang tersirat bukanlah yang tersurat

Manis dan santun di depan

Menikam dari belakang

Merangkai cerita dari tafsir hasil pemikirannya sendiri

Tanpa pernah menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, yang mempunyai hak menceritakan ataupun menyimpannya.

Kira-kira mereka mengerti kata “respek” kah?

 

Pagi ini

Hati dan pikiran saya bergejolak sekali lagi

Mengelola emosi

Kontemplasi

Bertanya jawab terhadap diri sendiri

“Apakah orang-orang ini yang memang harus masuk ke dalam hidupku dan berdampingan ke segala arah tujuan dimana aku mempunyai kehidupan?

Are they worthed to keep?”

Apakah mereka tulus???

 

Menyusuri masa-masa yang telah saya jalani

Banyak hal telah terjadi kepada saya

Tiada salahnya kalau saat ini saya  mempertanyakan, mengapa

Lalu

Mengingat saat-saat penuh kesenangan dan kebahagiaan

Namun banyak juga melihat tempat-tempat di bumi ini tertimpa kemalangan pada saat bersamaan

Pada akhirnya

Ketika saya memutuskan untuk menempuh perjalanan hidup selanjutnya

Dalam perjalanannya banyak teman, sahabat, kerabat, handai taulan yang dengan reaksinya menjadi keluar karakter aslinya tanpa diumbar secara vulgar.

Kata hati nurani saya yang memberi jawaban

Sehingga membuat saya lebih mudah  memilih siapa saja yang sebenarnya yang tulus itu.

“count on me” begitu katanya dan cocok dengan realita aksinya

 

Pada akhirnya, saya percaya

Banyak dari kita tentunya berharap untuk memasuki dan menikmati setahun penuh hari-hari bahagia di tahun 2019.

Saling bermanfaaat bagi semua makhluk di bumi tempat kita berbagi

Ada hidup

Ada kehidupan

Ada yang menghidupkan

Ada yang menghidupi

Damai di bumi!

 

 

Bali, 30 Desember 2018

One Comment

Leave a Reply