hospitality

Pulang ke Stasiun Kota

“Jika naik kereta yang salah, turunlah di stasiun terdekat. Menunda hanya membuat tiket pulang semakin mahal.”“Aja nganti keblinger, luwih becik

Cerpen urban tentang rekruter hotel di Surabaya yang memimpin dengan “Ojo Dumeh”, menuntun kandidat bertumbuh dari ulat jadi kupu-kupu—hangat, mengharubiru.

Bahasa Kupu-Kupu di Meja Wawancara

“Jangan bicara bahasa kupu-kupu kepada orang yang masih belajar jadi kupu-kupu. Tugas kita bukan menghakimi, melainkan menemani prosesnya.”— catatan kecil

Kisah urban tentang hotel tua di Jakarta yang bangkit dengan KPI: Inform, Interest, Involve, Inspire—membuat angka ikut naik karena manusia merasa dimanusiakan.

Lorong Empat Huruf di Kota

“KPI terbaik bukan angka di layar, melainkan nyala yang kita jaga di dada-dada manusia: beri tahu, bikin tertarik, ajak terlibat,

Cerpen urban bergaya Kompas Minggu: perjuangan Amir di hotel butik, pitutur Jawa, dan “Small Joys” yang mengubah kota menjadi rumah bagi siapa pun yang singgah.

Kota Tanpa Jendela

“Jangan remehkan langkah kecil yang kita ulangi dengan cinta; di sanalah takdir diam-diam mengukir arah.” . Hujan, Jalan, dan Tas

Cerpen tentang resepsionis hotel, menemukan makna tumbuh, kemuliaan, dan kebahagiaan sejati lewat pelayanan tulus dan cinta pada pekerjaannya.

Kamu Sudah Tumbuh

“Bekerja bukan sekadar mencari nafkah; ini tentang menata martabat di tengah badai, mengasah hati agar tetap lembut, dan merawat makna

Cerpen filmis tentang Zainul, resepsionis hotel di Jakarta yang memilih memberi manfaat dalam diam. Kebaikan yang tidak tercatat, tapi tak pernah hilang.

Manfaat yang Tidak Tercatat

“Menjadi baik itu tidak ribut. Tidak butuh pengakuan. Kadang malah disalahpahami. Tapi diam-diam, ia menyelamatkan banyak orang.” . Langit Jakarta