Atas Nama Cinta
“Tak ada yang lebih membutakan selain cinta yang tak ditempatkan pada tempatnya.”
.
.
Sekarang
Aku bisa tertawa—
Tertawa pada diriku sendiri
Yang dulu begitu tunduk
Sebagai hamba cinta.
Kini aku sadar…
Sadar pernah begitu bodoh,
Tersesat dalam pembodohan
Yang kuterima mentah-mentah
Atas nama cinta.
Di masa lalu,
Sudah sangat jelas:
Aku hanyalah bonus di sela kesibukanmu,
Sekadar pengisi ruang kosong,
Bukan tujuan—apalagi prioritas.
Namun, aku tetap hadir
Sepenuh hati, seutuh jiwa,
Karena aku mencintaimu
Tanpa syarat.
Aku datang ketika kau minta
Namun tak pernah kau hadir
Saat aku benar-benar butuh.
Itulah aku—
Seseorang yang mencurahkan segalanya
Tanpa perhitungan
Demi nama cinta dan kasih sayang.
Sungguh…
Sekarang,
Mataku telah melek
Setelah lama dibutakan cinta.
Otakku telah kembali bekerja
Merangkai kejadian demi kejadian,
Menyusun narasi logis
Tentang kisah yang hanya satu arah.
Setelah bertahun-tahun kita berpisah
Tanpa sapa, tanpa bicara,
Dengan hati yang sama-sama mengeras,
Dan rasa yang lama terkubur.
Kini aku tahu:
Cinta itu sudah usai.
Dan aku…
Telah menjadi manusia merdeka!
Waktulah yang menyembuhkan.
Time heals.
Dan hari ini,
Aku bersyukur,
Pernah mencintai,
Pernah terluka,
Tapi lebih dari itu:
Aku telah pulih.
.
.
.
Bali, 27 Agustus 2013