“Stay at Home Economy”, Kekinian ataukah Model Bisnis Masa Depan?
“STAY at home economy akan menjadi tren di masa yang akan datang,” demikian pernyataan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa (28/4).
Kita semua telah tahu, bahwa kuartal pertama tahun 2020 ini dimulai dengan masa suram perekonomian rakyat. Untuk Bali, sudah terasa seretnya pendapatan bagi pekerja pariwisata, perhotelan dan lingkaran ekosistemnya pada bulan Maret. Bisa diperhitungkan mulai dari di tetapkannya status siaga Corona oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster. Status siaga yang berlaku dari 16 sampai 30 Maret 2020. Kemudian diperpanjang sampai 29 May 2020. Selanjutnya, provinsi lain di Indonesia juga terdampak.
Dalam perjalanan status siaga ini, kita sekarang mematuhi tambahan ketetapan pemerintah pusat, yaitu “larangan mudik”. Tindakan yang diambil demi mencegah semakin meluasnya penyebaran virus Corona penyebab COVID-19. Peraturan ini disampaikan oleh Presiden NKRI Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas, Selasa 21 April 2020. Tindakan larangan mudik diberlakukan pemerintah mulai Jumat, 14 April. Keputusan ini mengakibatkan seluruh moda transportasi dihentikan sementara. Juru bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menyebutkan, moda transportasi baik darat, laut, udara dan kereta api, dihentikan sementara hingga batas waktu yang ditentukan. Kendaraan bermotor dilarang beroperasi hingga 31 Mei, transportasi laut hingga 8 Juni, dan kereta api hingga 15 Juni 2020.
Bisnis rumahan dadakan
Dari mengamati dan menyadari cara hidup keseharian di kuartal pertama 2020 ini, kita pasti merasa dipaksa untuk mendigitalisasi banyak hal dalam menjalani aktifitas keseharian. Kondisi #DiRumahAja ini telah membangkitkan bisnis kuliner rumahan dadakan sektor bisnis informal. Para pekerja terutama dari sektor pariwisata dan perhotelan —penghasilan tetap bulanannya harus rela “dicacah”—, mulai mengeluarkan jurus-jurus mempertahankan ekonomi rumah tangga dari keahlian memasak.
Berbekal pengetahuan social media, mereka mulai beraktifitas memulai e-commerce industri rumahan. Membuka pesanan dan sesuai kesepakatan ditentukan juga hari dan jam pengantarannya. Bahkan yang sebelumnya gaptek – gagap teknologi dipaksa go digital untuk memulai bisnisnya. Tiada ampun covid-19 ternyata juga memberi nilai positif untuk memaksa semua orang beradaptasi dengan lingkungannya.
Opsi pesan-antar membuka peluang bisnis rumahan yang sangat luas. Komunikasi untuk menerima pesanan pun sangat mudah dengan menggunakan platform gratis digital berbasis sosial media, termasuk instagram message, facebook messenger, whatsapp, line dan beberapa lagi. Juga yang sudah eksis bekerjasama dengan provider ojol Go-Jek dan Grab.
Apakah bisnis pesan-antar yang sekarang menjadi tren perjuangan mengais rejeki untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga hanya untuk sementara?
Kalau saja, bisnis pesan-antar dadakan ini menyehatkan ekonomi rumah tangga saat ini dan beberapa bulan ke depan, tentunya stay at home economy tren bisnis kekinian akan menjadi tonggak main income pelakunya. Kelangsungan bisnis masa depan yang bisa diperhitungkan sebagai membuka lapangan kerja di sektor UKM / UMKM dengan didukung digital platform yang tepat sasaran untuk memudahkan cara kerja dengan jangkauan pasar yang lebih luas.
Industri Kuliner
Bagaimana dengan restoran-restoran dan usaha lainnya dari kategori PT, CV, UD dan UKM?
Stay at home economy bisa diterjemahkan lebih luas lagi. Karena pergeseran seismik ini, platform digital dan solusi pesan-antar berkembang pesat. Semua sektor industri menjadi semakin tergantung pada digitalisasi. Solusi menggunakan platform pesan-antar digital pasti diperlukan untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas dan mempermudah sistem kerja. Investasi dengan biaya murah dan menjadi solusi jangka panjang dalam berbisnis. Bisa dipastikan sistem e-commerce ini akan terus dikembangan untuk kepentingan masa depan.
Pebisnis makanan dan minuman pun dipaksa untuk bertransformasi untuk mendatangi customer. Sesuai keputusan pemerintah, restoran harus tutup. Tetapi para pengusaha restoran termasuk restoran di hotel dituntut untuk mampu mempertahankan karyawannya dan menggaji sesuai kesepakatan kerja antara kedua belah pihak.
Thanks to Technology.
Dengan makin canggihnya alat komunikasi dan bisa saling diintegrasikan, maka Platform Digital Pesan-Antar sangat membantu para pebisnis dan konsumennya untuk tetap berinteraksi, dan walaupun pendapatan turun tetapi bisnis hidup. Untuk pebisnis sektor formal, ada beberapa solusi perangkat lunak (SaaS) di pasar yang memberi kita alat untuk menjalankan dan maintain operasional pengiriman kita sendiri. Beberapa nama yang dikenal dari luar Indonesia adalah Oddle, Tabsquare, Kaddra, Weeloy, dan Butleric. Sedangkan Digital Ordering Platform yang sudah banyak dipakai di indonesia adalah deeats dan linktr.ee instagram tool, selain google, dan facebook yang juga merespon situasi stay at home /#DiRumahAja dengan menyediakan fasilitas bisnis untuk publik.
Lantas! Solusi atau platform pesan-antar mana yang lebih baik?
Kita dapat menyimpulkan bahwa solusi pesan-antar masuk akal untuk perusahaan mapan juga UKM / UMKM yang memiliki sumber daya untuk mengelola operasional pengiriman mereka sendiri. Kita harus berpikir secara logis dan menganalisa apa sebenarnya yang akan menjadi biaya. Terutama saat kita menganggap platform digital ini tiba-tiba sebagai bagian penting dari rantai pasokan. Kita seharusnya menganggapnya sebagai kebutuhan wajar dalam menjalani new normal berkelanjutan dalam etika bisnis era COVID-19. Solusi pemesanan online yang dapat kita tawarkan kepada customer untuk melihat menu, memesan, dan melakukan pembayaran online. Biasanya solusi ini diberi istilah white label merek restoran.
Nilai tambah platform digital pesan-antar
Bisa di evaluasi dari kebiasan kita yang menjadi konsumen, yaitu akan melihat peningkatan jumlah opsi menu dan beragam penawaran untuk dipilih.
Pebisnis kuliner dadakan dan restoran memiliki aliran pendapatan dari bisnis pesan-antar untuk membiayai dapur masing-masing.
Pebisnis kuliner pesan-antar menciptakan lebih banyak pekerjaan untuk karyawan dan driver ojol sebagai partner kerjasama pihak ketiga.
Platform digital pesan-antar mendorong inovasi dan mengimplementasikan smart kitchen berbasis cloud yang biaya operasionalnya lebih rendah dibandingkan conventional kitchen.
Akhirnya kembali kepada topik awal, apakah stay at home economy, bisnis berbasis ekonomi kerakyatan akan menjadi sumber pendapatan utama masa depan kita?
Bali, 08 Mei 2020
Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku
Hospitality Consultant Indonesia in Bali – Telu Learning Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel
Juga dimuat di
“Stay at Home Economy”, Kekinian ataukah Model Bisnis Masa Depan?
“Stay at Home Economy”, Kekinian ataukah Model Bisnis Masa Depan?
https://sorogan.id/2020/05/09/stay-at-home-economy/
[…] at Home Economy”, Kekinian ataukah Model Bisnis Masa Depan? “Stay at Home Economy”, Kekinian ataukah Model Bisnis Masa Depan? Share this: This entry was posted in Hospitality, Knowledge, News, Tourism and tagged deeats, […]