Laki-laki Anak Cahaya

Jangan buang sampah sembarangan
Karena aku, laki-laki anak cahaya ini — akan menaklukkanmu.

.

Aku,
Laki-laki anak cahaya,
Yang dulu kau buang seperti sampah tak bernilai.
Tak kau tahu, aku adalah harta dunia —
Tak tampak kilauku di matamu yang tertutup debu.

Tapi semesta tak pernah buta,
Seseorang memungutku dengan hati.
Seseorang merawatku dengan kasih.
Seseorang memolesku dengan sabar.
Seseorang mendukungku tanpa pamrih.
Seseorang mengangkatku dari lumpur luka,
Lalu memasangkan sayap di punggungku,
Mengajakku terbang —
Mengangkasa, menuju takdirku.

Aku,
Laki-laki anak cahaya.
Bapakku matahari,
Ibuku rembulan,
Kawan-kawanku: jutaan bintang di langit malam.

Kau buang,
Kau campakkan,
Namun aku tetap berpendar —
Terang di siang hari,
Hangat di malam sunyi.

Sempat aku terbakar amarah,
Hingga tubuhku menghitam serupa batu bara.
Namun bara itu tak membakar jiwaku,
Ia hanya menempaku.
Menjadikanku lebih tajam,
Lebih kuat,
Lebih bersinar.

Dan kini,
Aku kembali menyala.
Kilauku menembus batas cakrawala.
Cahayaku bukan sekadar menerangi,
Ia menghidupkan.

Aku,
Laki-laki anak cahaya.
Pernah bersamamu,
Pernah kau ragukan langkahku.
Kini, lihatlah…
Kau palingkan wajahmu bukan karena benci,
Tapi karena cahayaku terlalu menyilaukan matamu yang belum siap.
Dan aku…
Tak menoleh lagi

.

.

.

Bali, 27 Maret 2015

Jeffrey Wibisono V.

.

.

#PuisiMotivasi #AnakCahaya #JanganBuangSampah #TransformasiDiri #PuisiReflektif #KekuatanDiri #PuisiLingkungan

Leave a Reply