Jeffrey Wibisono V.
  • Home
  • Profile
  • Blogs
  • Support me and locals
Di Jember, Jayeng dan Dumilah menata ulang cinta dengan “metode kecil”: mendengar, mengakui, memperbaiki—menemukan cara pulang baru di tengah kota yang riuh.

Jejak yang Hilang, Angin yang Menuntun

“Hidup kadang menuntut kita lentur, bukan keras kepala. Fokus, bukan marah-marah. Beranilah mengubah pola; kesempatan akan menemukan jalan pulang.”“Yang berubah
  • Creative Thinking Creative Thinking
  •   August 26, 2025
Cerpen urban gaya Kompas Minggu: gosip kantor menjerat Sura, Kerta memilih menahan vonis. Dengar, lihat, pikir, baru bicara. Diam yang nyaring menyelamatkan.

Diam yang Nyaring di Antara Gedung

“Di kota, kabar berlari lebih cepat daripada kebenaran. Maka siapa yang terburu-buru bicara, akan tertinggal dari mereka yang sabar menimbang.”
  • Creative Thinking Creative Thinking
  •   August 25, 2025
Cerpen urban filmis-logis tentang Pujangga, desainer yang memilih diam dan membiarkan hasil bicara—sebuah keheningan yang mengubah budaya kerja dan hidup.

Keheningan yang Bicara di Tengah Kota

“Diam bukan berarti kalah. Ia hanya menunda, sampai waktunya tiba untuk menjawab dengan bukti.” . Langit Jakarta siang itu seperti
  • Creative Thinking Creative Thinking
  •   August 25, 2025
Cerpen urban tentang tim hotel yang belajar bernapas lewat empati, kosakata baru, dan ritual sederhana—mendengar yang diam dan memimpin dengan hati.

Kota yang Belajar Bernapas

“Yang tak terucap sering lebih berisik daripada kata-kata. Dengarkan yang diam, sentuh yang tak kelihatan.” . Pagi itu, kota masih
  • Creative Thinking Creative Thinking
  •   August 25, 2025
Cerita urban tentang Ayunda yang membangun “pintu” di dirinya: bertahan waras di rumah tanpa pintu, menyusun batas, dan merajut hari-hari dengan keberanian.

Waras Dulu, Sisanya Menyusul!

“Keberanian tidak selalu berteriak. Kadang ia hanya duduk tenang dan berkata dalam hati: ‘Aku memilih waras.’” . Malam turun di
  • Creative Thinking Creative Thinking
  •   August 24, 2025
Kisah urban tentang Wira yang “merebut kembali waktunya” dengan pitutur Jawa dan strategi modern—hangat, mengharukan, dan membumi seperti kehidupan sehari-hari.

Jam Tangan Ayah

“Waktu tak bisa kembali, tapi selalu bisa dibereskan—jika kita tega merapikan hati sendiri.” .Pagi di Jakarta bukan sekadar waktu, melainkan
  • Creative Thinking Creative Thinking
  •   August 24, 2025
  • «
  • 1
  • …
  • 38
  • 39
  • 40
  • 41
  • 42
  • 43
  • 44
  • …
  • 133
  • »

Search

My Recent Post

  • Orang Biasa yang Menyimpan Langit
  • Yang Jatuh Sendiri
  • Yang Kecil-Kecil yang Kita Lupa
  • Di Tahun Aku Memeluk Tenang
  • Jejak di Persimpangan
  • Bahagia Tanpa Tepuk Tangan
  • Di Meja yang Tak Lagi Kuinginkan
  • Romantisme Kota Malang: Manusia-Manusia yang Dirajut Hujan
  • Romantisme Kota Malang: Jeda yang Tak Pernah Kita Pelajari
  • Romantisme Kota Malang: Warisan yang Ingin Ditahan Waktu

Share To Your Circle

  • Support me and locals
  • Cart
  • My Account

Copyright © 2025 Jeffrey Wibisono V. . All rights reserved

back to top