Mengendarai Ombak, Hidup Berdampingan seperti Rabuk dengan Api

BALI, Indonesia, sedang harap-harap cemas dalam mengantisipasi diumumkannya berita resmi mengenai COVID-19. Harapan segenap masyarakat adalah Bali khususnya, segera berada dalam status under-control.

Pemerintah secara resmi telah membuka kembali pariwisata Bali untuk wisatawan domestik pada Kamis 30/7/2020, setelah sebulan uji coba dengan turis semeton (penduduk Bali saja) , meski pun pandemi COVID-19 masih dalam status awas. Tetapi, kita rasanya sudah waktunya siap untuk hidup berdampingan bersama COVID-19 dengan mematuhi prosedur tetapnya.

Menggunakan peribahasa seperti rabuk dengan api, —kita beradaptasi dengan tatanan dunia baru— adalah memasuki dan menjalani keadaan yang mudah dipertemukan walau pun mengandung bahaya.

Kita tidak bisa menghentikan ombak, tetapi kita bisa belajar mengendarainya. Ini kutipan dari salah satu kata-kata bijak favorit saya

Pandemi COVID-19 ini seperti katalis yang membawa kita masuk ke zona tidak nyaman, dan meng-ombang-ambingkan emosi. Namun, pada saat yang sama memberikan paksaan motivasi untuk bisa menerima percepatan perubahan hidup dan menjadi lebih flexible. Kita nikmati saja apa yang dapat kita rasakan, sembari menumbuhkan kesadaran ke saat-saat, menunggangi gelombang “naik” dan “turun ” , “baik” dan “buruk ” , “lemah” dan “kuat,” sampai kita tidak mampu berkata-kata. Sebab begitu banyak pengalaman yang tidak bisa lagi kita jelaskan seutuhnya.

Di minggu-minggu terakhir ini,— bagi kita yang mengikuti siaran berita— bisa kita pantau ada kegundahan terutama di masyarakat pariwisata.

Ini perihal penundaan untuk membuka Bali bagi wisatawan mancanegara. Di dalam berita, Bali akan membuka pulaunya untuk akses internasional pada akhir tahun 2020, yang awalnya pada 11 September 2020.

Latar belakang keputusan penundaan tersebut adalah dari laporan data meningkatnya kasus positif COVID-19 di Bali dan Indonesia — terutama dari transmisi lokal–. Selain itu, dari hasil monitoring, beberapa negara lain – setelah membuka border nya — mengalami gelombang kedua kasus COVID-19,  menyebabkan lockdown  dilakukan kembali.

Sehingga, Indonesia harus memasang kode merah, dengan pemikiran untuk sementara jangan mengharapkan wisatawan mancanegara, terutama dari negara-negara yang masih terinfeksi. Di saat sama beredar petisi yang meminta untuk membuka perbatasan sesuai jadwal semula, Petisi tersebut ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Pak Jokowi.

Berita hangat lainnya adalah tentang uji vaksin COVID-19 —telah sampai pada fase ke-3. Project Integration Management Research and Development, PT. Bio Farma akan memproduksi vaksin COVID-19 bermerek Sinovac buatan China mulai Februari 2021. Produksi vaksin ini sangat tergantung pada hasil analisis uji klinis terhadap sukarelawan pada fase ke-3.

Apabila hasilnya seperti yang kita semua harapkan, maka kita dapat menggunakan  vaksin COVID-19 dari Sinovac pada kuartal pertama 2021. PT Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut dibagi dalam beberapa tahap, tidak sekaligus.

Jadi, mari kita menjadi bagian aktif pengalaman itu sendiri. Yakin pada kekuatan di dalam diri masing-masing untuk selalu mengupayakan yang terbaik bagi kepentingan banyak orang.

 

Bali, 17 Agustus 2020

Jeffrey Wibisono V.

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali –  Telu Learning Consulting – Commercial Writer – Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Note:

Artikel juga di publikasikan di

Mengendarai Ombak, Hidup Berdampingan seperti Rabuk dengan Api

. Bali Kembali Ke Bali Jeffrey Wibisono namakubrandku

Leave a Reply