The Best Presenter

Dan saya pun dengan langkah mantap sengaja naik ke atas panggung, melanggar antrean dari antara rekan-rekan seprofesi yang maju mundur deg-deg-an. Ya, saya berhasil berdiri di depan microphone sebagai orang pertama untuk “closing speech” di acara roadshow table top malam itu.

Lalu, terdengar suara laki-laki dengan suara kencang menggema berteriak dari arah belakang ballroom, “Jeffrey…!” Kelakuan provokatif orang tersebut sukses, entah siapa dia, karena seketika itu bergemuruhlah standing applause tepuk tangan dengan meneriakkan nama “Jeffrey… Jeffrey… Jeffrey… Jeffrey… Jeffrey…” sampai beberapa saat.   Hahahahaha… iya… saya pun tidak menyangka dari langkah ice breaking tadi akan mendapatkan reaksi seperti itu.   Kejadian itu adalah salah satu dari spontanitas kreatif saya dalam menjalankan tugas. Dengan busana tradisional Bali, saya berlari dari tengah ballroom dan langsung menaiki anak tangga. Sebanyak 20 orang delegasi lainnya yang sudah berbaris tertib, terutama yang sudah paling depan hanya bisa melongo. Yang berminat jadi pembicara nomor satu pasti kesal, tapi sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Bagi yang belum terbiasa berbicara di atas panggung di depan publik, inilah momen ice breaking, deg-deg-annya hilang.   Kreatifitas ini bisa terjadi atas peran salah satu organizer yang memberi komando saya.   Saya adalah seseorang yang secara natural penuh spontanitas dan unpretentious. Saya berada di antara 20 delegasi sales hotel dari Bali dalam misi mempromosikan dan menjual destinasi. Disebut Road Show. Setiap tahun saya ke Australia dari 1995 menjelajah minimum lima kota besar utama.   Malam itu adalah salah satu Road Show di Australia di salah satu kota besarnya. Hadir sekitar 400 orang di dalam ballroom hotel dalam acara presentasi dan makan malam. Saya hadir bersama 20 delegasi hotel terpilih dari Bali yang acaranya diatur oleh salah satu wholesaler terkemuka di benua itu.   Teknis Road Show di Australia ini adalah “round rubin table top”.   Istilah apalagi itu?   Artinya, kami delegasi misi sales dari Bali, harus melakukan presentasi dari meja satu berpindah ke meja satunya. Dalam batasan waktu yang 3–5 menit saja dalam mempresentasikan produk yang kami bawa. Sekitar 8–10 orang staff travel agent duduk di meja bundar dengan tatanan makan malam termasuk berbotol-botol wine di atasnya.   Ketika acara dimulai, inilah saatnya harus berbicara di tengah keriuhan ballroom. Buzzing berdengung. Bagaimana seorang sales bisa menarik audiensi di meja makan itu selama presentasi dan diingat kemudian setelah acara?   Saya bisa menyebut diri saya salah satu presenter terbaik di ajang Road Show ini. Saya telah menguasai arena dan saya berbahasa Inggris dengan lantang beraksen yang dapat dipahami oleh orang Australia.   Sebagai seorang sales di zamannya, saya sangat serius dalam urusan presentasi begini. Karena presentasi sangat penting untuk menyampaikan informasi langsung kepada client.  Untuk melakukan presentasi memerlukan latihan terus menerus dan beberapa keahlian supaya pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan benar.   Dari waktu ke waktu saya meng-update kemampuan. Saya mengatur foto dan menyesuaikan harus di mana saya berpresentasi. Saya berkehendak, client yang berhadapan dengan saya mendapatkan manfaaat dari yang saya sampaikan.   Nomor satu dari presentasi saya adalah product knowledge tentang produk yang saya bawakan. Pengetahuan tentang product knowledge akan secara otomatis meningkatkan percaya diri selama berbicara dengan orang lain. Penampilan yang profesional yang kemudian terjadi di mata client. Saya sudah mempunyai aturan presentasi berdasarkan USP Unique Selling Proposition yang saya cerna dan dapatkan dari berinteraksi dengan client.   Untuk membuka presentasi, saya selalu memulai dengan bercerita tentang lokasi hotel di mana saya bekerja. Tentang bagaimana mencapai hotel itu. Tentang ada apa saja di sekitarnya. Dan apa saja kebangsaan tamunya.   Sampai di sini, harus jeda unutk membahas type of guest dari client yang berhadapan dengan saya. Atau yang sedang saya kunjungi.   Saat melakukan presentasi, saya juga selalu membawa collateral hotel. Sales Kit untuk kemudian ditinggalkan setelah selesai. Salah satu mesin pengingat untuk client.   Sebagai salah satu syarat sales adalah penampilan yang baik dan mengesankan. Di Bali sangat mudah karena rata-rata kami berseragam. Tetapi menjadi masalah ketika asesoris dari seragam yang kita pakai tidak tepat dan tidak nyaman.   Untuk saya, cukup sabuk, sepatu, dan tas dengan kualitas baik dan tampak natural sesuai kombinasi warna seragam.   Yang paling banyak salah adalah, sales perempuan yang tidak mendapatkan pelatihan etika berbusana. Mosok toh.. sales visit pakai sandal dan bawa tas belanjaan?!   Juga bau-bauan tubuh yang dibawa masuk ke kantor client haruslah natural segar. Tidak perlu menyebut merek-merek terkenal, kalau dipakai salah waktu dan salah tempat akan membuat lingkungan terganggu.   Tujuannya utama kali ini kan untuk presentasi. Jagalah bau mulut Anda. Bicaralah dengan intonasi normal dalam tempo yang tidak buru-buru. Eye contact and smile. Boleh dimasukkan sedikit guyonan yang berkaitan dengan yang dipresentasikan, tetapi jangan kebablasan.   Sekali lagi, saya berani menyebut saya one of the best presenters, karena saya mampu membuat presentasi saya diperhatikan, menarik minat dan hidup.   Setelah presentasi, biasanya saya mendapatkan beberapa pertanyaan. Terkadang pertanyaannya bisa mengarah kepada menjelekkan competitor. Saya harus sebisa mungkin menghindari konflik. Tidak boleh menjelekkan competitor. Itu etika dagang. Biar client yang menemukannya sendiri.   Saya terlatih dengan jawaban-jawaban diplomatis. Bolehlah berargumentasi dengan wajar, tetap tenang dan waras, tentunya solusinya untuk menutup presentasi dan pembicaraan adalah berkompromi.   Lanjutan dari presentasi adalah closing sale. Maka sampai di sini saya harus mampu mengubah mindset client. Kalau tadinya ada pikiran-pikiran negatifnya, harus sudah diberikan solusi untuk mengatasinya. Misalnya hotel saya ada di dalam gang dan hanya maksimum mobil 15 tempat duduk yang bisa memasuki  jalan itu. Jadi, kalau client-nya serombongan 25 orang yang seharusnya naik satu bis, biaya transportasinya akan bertambah. Lantas, bagaimana saya bisa membantu untuk kompromi supayaclient tersebut tetap memilih untuk menggunakan hotel produk saya?   Bikin fun saja. Bantu meyakinkan client dengan beberapa alternatif pemikiran, karena ini proses pembuatan keputusan.   Jadi, kunci untuk menjadi the best presenter ini apa sebenarnya?   USP saja. Unique Selling Propositions. Bagaimana seorang presenter bisa menyampaikan cerita selayaknya experience the product dalam hal ini hotel, dan bagaimana tamu akan mengalaminya selama tinggal di hotel tempat saya bekerja. Deliver your experience as a guest. Dari menceritakan lokasi sampai check out.

 

Dari Kumpulan Hotelier Stories Catatan Edan (unpublished)

Jeffrey Wibisono V. @namakubrandku

Hospitality Consultant Indonesia in Bali – Telu Learning Consulting – Commercial Writer Copywriter – Jasa Konsultan Hotel

Leave a Reply